Belakangan ini, muruah perguruan tinggi (PT) di Indonesia kembali tercoreng dengan hangatnya berita plagiarisme yang dilakukan oleh salah satu universitas ternama di Jakarta, yaitu Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Bak mencoreng arang di muka sendiri, sungguh memalukan apa yang dilakukan para oknum terpelajar yang seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat itu. Dewasa ini, tidak sedikit lembaga PT dijadikan sebagai ladang bisnis oleh para birokrat kampus. Dengan dalih mempermudah proses kelulusan, cara yang salah justru mereka lakukan dengan memperjual belikan ijazah dan memberi celah untuk melakukan plagiarisme. Bahkan mahasiswa tidak harus mengikuti perkuliahan untuk mendapatkan ijazah, mereka cukup membayar uang dengan tarif yang telah ditentukan dan melakukan proses wisuda secara formalitas. Padahal seharusnya kampus menjadi wadah perkembangan nilai-nilai luhur, dimana semua warganya mampu menjunjung nilai-nilai moralitas yang tinggi dan mengikuti peraturan yang ada.
Banyak orang berbondong-bondong menyerbu lowongan PNS ketika dibuka, pun mahasiswa tingkat akhir yang akan lulus. Siapa sih yang tidak tertarik menjadi PNS? Saya sendiri membayangkan enaknya masa tua seorang PNS yang tidak perlu bekerja karena terjamin dengan uang pensiunan. Menjadi PNS juga tidak perlu khawatir dengan gaji, karena setiap bulan pasti ada pemasukan. Namun, menjadi seorang PNS bukanlah hal mudah. Seseorang harus bekerja keras jika ingin mendapatkan posisi sebagai PNS dengan golongan tinggi. Karena semakin tinggi golongan PNS, semakin besar gajinya. Dan untuk mendapatkan posisi itu butuh waktu dan perjuangan cukup lama. Dewasa ini, banyak PNS yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai pengusaha, apalagi PNS yang masih digolongan bawah. Karena gaji yang sedikit, belum lagi banyaknya potongan, seorang PNS harus pintar mencari celah untuk mempunyai pendapatan lebih. Mahasiwa sebagai calon pekerja yang tertarik menjadi CPNS, sebaiknya mempunyai usaha sampingan untuk