Langsung ke konten utama

“30 Juz Untuk Palestina”



Dokumentasi panitia

Menjelang tahun baru, biasanya orang-orang berbondong-bondong pergi liburan ke tempat ramai untuk menyambut pergantian tahun. Tempat favorit yang menarik perhatian pengunjung biasanya adalah pusat kota, camp area, pantai, gunung, dan tempat lain yang menyajikan city ligh yang indah pada malam hari. Semua itu mereka lakukan agar turut merasakan sensasi tahun baru.
Namun bagaimana jika menjelang tahun baru justru diisi dengan kegiatan keagamaan?. Hal itu yang dilakukan oleh Komunitas Lingkar Barudak Khitabah (Lebah), salah satu komunitas di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung yang berada dibawah naungan jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Komunitas ini dibina langsung oleh sekretaris jurusan KPI, Dr.H. Aang Ridwan, M.Ag.

Jumat malam, 29 Desember 2017, komunitas Lebah kembali menggelar agenda tahunannya. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang biasanya diadakan di Luar kampus, kegiatan bertajuk islami yang dinamakan “Mahabbah” (Malam Harmoni Bersama Lebah) tersebut diadakan di Masjid Iqomah UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Kegiatan dimulai dari pukul 20.00 WIB dan dibuka langsung oleh Ketua Jurusan komunikasi dan Penyiaran Islam, Dr. H. Mukhlis Aliyudin, M.Ag dengan pembacaan surat al-fatihah bersama.
Kegiatan Mahabbah terbuka untuk umum. Jelas saja, untuk hal-hal kebaikan memang tidak pantas jika dibatasi. Menurut data dari panitia, kegiatan ini kebanyakan diikuti oleh Mahasiswa-mahasiswi KPI semester satu. Namun, ada juga mahasiswa lain yang ikut menghadiri kegiatan tersebut.

Sebelum acara dibuka, audience dimanjakan dengan hiburan seni hadroh. Hadroh adalah kesenian islami yang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dikisahkan pada saat baginda nabi hijrah dari Makkah ke Madinah, baginda nabi di sambut gembira oleh orang-orang anshor dengan nyanyian/syair yang dikenal dengan sholawat "thola'al badru 'alaina" dengan diiringi tabuhan terbang. Dan saat ini kesenian tersebut dinamakan hadroh. Penampilan hadroh ini dibawakan oleh santri dan santriah Al-Husna, yang dahulu sempat menjadi binaan anggota komunitas Lebah pada saat pesantren kilat Ramadhan.
Kegiatan Mahabbah tahun ini mengusung tema “30 Juz Untuk Palestina”. Bukan tanpa alasan panitia mengusung tema tersebut, namun sebagai komunitas muda islam, Lebah ingin turut mendoakan saudara-saudara muslim di Palestina melalui lantunan ayat-ayat suci Al-Quran sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi panas di Palestina saat ini.

Mahabbah diisi oleh serangkaian kegiatan bertajuk islam, diantaranya tilawah, syahril quran, ceramah. Semua audience terpukau hangat dan merasakan kedamaian oleh pembacaan Tilawah Quran yang dibacakan oleh Muhammad Mar’I, memang, sebagaimana dijelaskan bahwa Quran adalah Asy-syifa atau obat, obat dalam artian penyejuk hati bagi yang sedang resah.
Acara Mahabbah tidak hanya diisi oleh panitia maupun anggota komunitas Lebah saja, namun ada pula penampilan-penampilan dari para pemenang Lomba Lebah Go Show yang diselenggarakan pada tanggal 16 Desember 2017. Lebah Go show ini merupakan salah satu dari rangkaian acara pengenalan komunitas lebah kepada mahasiswa-mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam semester satu, yang kemudian acara Mahabbah inilah yang menjadi puncak acara.
Diantara penampilan-penampilan para pemenang itu adalah penampilan pemenang pertama lomba pidato yang dibawakan oleh Siti Ika Fatmawati lalu dilanjutkan penampilan stand up comedy oleh Fahrizal.
Sebagaimana tema yang diusung, yaitu “30 Juz untuk Palestina”, menjelang akhir kegiatan, para audience diajak mengkhatamkan Al-Quran 30 juz yang dipimpin langsung oleh Ustadz Nase Saefudin Zuhri, M.M. Setiap orang dibagikan satu mushaf yang berisi satu juz untuk dibaca. Dengan hadirnya audience sekitar 300 orang, maka tujuan utama kegiatan yaitu khotmul Quran tercapai.Tidak sampai disitu, para audience juga diajak untuk berjamaah sholat tahajud yang diimami oleh Buya H. Abdul Mujib, M.Ag. Kegiatan Mahabbah ini berakhir pukul 02.00 dini hari dan berlangsung secara khidmat dengan diakhiri istigosah dan musofahah.











Dokumentasi panitia

Dengan adanya kegiatan keagamaan ini, diharapkan semua yang hadir bisa menanamkan nilai-nilai keislaman dan kepedulian terhadap sesama muslim dan tentunya menjadikan momen tahun baru sebagai ajang mempersiapkan diri untuk menjadi insan yang lebih baik.


                                                                                                                       

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BACA AJA BIAR TAU

Assalamu'alaikum :) aku iyang, iyah iyang sayang digoyang nendang 😁 ... i don't know dapet dari mana itu panggilan, but aku adalah orang paling beruntung karena ngerasa jadi orang paling disayang, kebayang kan tuh kalo ada cowo yang panggil "yang"  *ahiiiwwww 😂  .  oke sepakat aja panggil "iyang" . KALO INI SESUAI KTP : Nama : Dian Maryam Sholihah Tempat, tanggal lahir : Ciamis, 4 Juli 1998 Status : belum menikah (tepatnya 'jom...' ) Alamat : Dusun cibiru RT 04 RW 09 Sadananya, ciamis. (jangan heran kalo orang ciamis selalu manis hehe 😁) sekarang jadi anak rantau, gajauh-jauh amat sih yaa masih kejangkau bis. yahh, ceritanya sekarang udah jadi anak kuliahan di salah satu Universitas Islam Negeri di Bandung, prodi Komunikasi dan penyiaran islam (kebayang kan punya calon istri anak komunikasi, komunikasi pasti terjaga 😅 ) aslinya kalem ko, tau kan orang kalem lebih bisa ekspresiin dirinya lewat karya, wiiiih.... gak deng, semua masih da...

"Ciptakan Jeda Untuk Merumuskan Pembaruan yang Visioner"

Belakangan ini, muruah perguruan tinggi (PT) di Indonesia kembali tercoreng dengan hangatnya berita plagiarisme yang dilakukan oleh salah satu universitas ternama di Jakarta, yaitu Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Bak mencoreng arang di muka sendiri, sungguh memalukan apa yang dilakukan para oknum terpelajar yang seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat itu. Dewasa ini, tidak sedikit lembaga PT dijadikan sebagai ladang bisnis oleh para birokrat kampus.   Dengan dalih mempermudah proses kelulusan, cara yang salah justru mereka lakukan dengan memperjual belikan ijazah dan memberi celah untuk melakukan plagiarisme. Bahkan mahasiswa tidak harus mengikuti perkuliahan untuk mendapatkan ijazah, mereka cukup membayar uang dengan tarif yang telah ditentukan dan melakukan proses wisuda secara formalitas. Padahal seharusnya kampus menjadi wadah perkembangan nilai-nilai luhur, dimana semua warganya mampu menjunjung nilai-nilai moralitas yang tinggi dan mengikuti peraturan yang ada. ...