Langsung ke konten utama

Hilangkan Budaya ‘Ngaret’ di Indonesia



photo by : d1jkw.com

Seolah sudah menjadi budaya yang tidak bisa dihilangkan, ngaret adalah salah satu kebiasaan buruk yang jika dibiarkan maka akan menimbulkan masalah. Bagaimana tidak, ngaret adalah salah satu penyebab utama terhambatnya suatu kegiatan.


Seperti dalam kegiatan Mahabbah yang dilaksanakan oleh salah satu komunitas di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Memang delay acara tidak membuat kekacauan yan fatal, namun terjadi beberapa hambatan karena keterlambatan itu.

Dalam rundown, acara yang seharusnya dimulai sejak pukul 19.00 WIB, justru baru mulai sekitar pukul 20.30 WIB. Keterlambatan itu disebabkan karena menunggu beberapa tamu undangan dan seolah sudah wajar jika terlambat. Padahal itu tidak benar.

Akibatnya, banyak daftar acara yang dihapus supaya kegiatan berakhir tepat pada waktunya. Kejadian ngaret seperti ini sudah sering terjadi di Indonesia. Tidak hanya dalam kegiatan saja, dalam menepati janji pun misalnya, terkadang orang masih suka mengulur waktu.


Seharunya kita lebih bisa menghargai waktu. Memang tidak semua hal bisa tergantung waktu, tetapi waktu bisa menentukan segalanya. Itu yang harus tertanam dalam diri seseorang. Jika masyarakat Indonesia masih menjadikan ngaret sebagai kebiasaan, maka tidak menutup kemungkinan itu akan menjadi budaya yang sulit dihilangkan, karema budaya terlahir dari kebiasaan. Dan jika sudah begitu, maka Indonesia akan tetap jalan di tempat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“30 Juz Untuk Palestina”

Dokumentasi panitia Menjelang tahun baru, biasanya orang-orang berbondong-bondong pergi liburan ke tempat ramai untuk menyambut pergantian tahun. Tempat favorit yang menarik perhatian pengunjung biasanya adalah pusat kota, camp area , pantai, gunung, dan tempat lain yang menyajikan city ligh yang indah pada malam hari. Semua itu mereka lakukan agar turut merasakan sensasi tahun baru. Namun bagaimana jika menjelang tahun baru justru diisi dengan kegiatan keagamaan?. Hal itu yang dilakukan oleh Komunitas Lingkar Barudak Khitabah (Lebah), salah satu komunitas di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung yang berada dibawah naungan jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Komunitas ini dibina langsung oleh sekretaris jurusan KPI, Dr.H. Aang Ridwan, M.Ag. Jumat malam, 29 Desember 2017, komunitas Lebah kembali menggelar agenda tahunannya. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang biasanya diadakan di Luar kampus, kegiatan bertajuk islami yang d...

BACA AJA BIAR TAU

Assalamu'alaikum :) aku iyang, iyah iyang sayang digoyang nendang 😁 ... i don't know dapet dari mana itu panggilan, but aku adalah orang paling beruntung karena ngerasa jadi orang paling disayang, kebayang kan tuh kalo ada cowo yang panggil "yang"  *ahiiiwwww 😂  .  oke sepakat aja panggil "iyang" . KALO INI SESUAI KTP : Nama : Dian Maryam Sholihah Tempat, tanggal lahir : Ciamis, 4 Juli 1998 Status : belum menikah (tepatnya 'jom...' ) Alamat : Dusun cibiru RT 04 RW 09 Sadananya, ciamis. (jangan heran kalo orang ciamis selalu manis hehe 😁) sekarang jadi anak rantau, gajauh-jauh amat sih yaa masih kejangkau bis. yahh, ceritanya sekarang udah jadi anak kuliahan di salah satu Universitas Islam Negeri di Bandung, prodi Komunikasi dan penyiaran islam (kebayang kan punya calon istri anak komunikasi, komunikasi pasti terjaga 😅 ) aslinya kalem ko, tau kan orang kalem lebih bisa ekspresiin dirinya lewat karya, wiiiih.... gak deng, semua masih da...

"Ciptakan Jeda Untuk Merumuskan Pembaruan yang Visioner"

Belakangan ini, muruah perguruan tinggi (PT) di Indonesia kembali tercoreng dengan hangatnya berita plagiarisme yang dilakukan oleh salah satu universitas ternama di Jakarta, yaitu Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Bak mencoreng arang di muka sendiri, sungguh memalukan apa yang dilakukan para oknum terpelajar yang seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat itu. Dewasa ini, tidak sedikit lembaga PT dijadikan sebagai ladang bisnis oleh para birokrat kampus.   Dengan dalih mempermudah proses kelulusan, cara yang salah justru mereka lakukan dengan memperjual belikan ijazah dan memberi celah untuk melakukan plagiarisme. Bahkan mahasiswa tidak harus mengikuti perkuliahan untuk mendapatkan ijazah, mereka cukup membayar uang dengan tarif yang telah ditentukan dan melakukan proses wisuda secara formalitas. Padahal seharusnya kampus menjadi wadah perkembangan nilai-nilai luhur, dimana semua warganya mampu menjunjung nilai-nilai moralitas yang tinggi dan mengikuti peraturan yang ada. ...